Kamis, 15 Desember 2011

John F Kennedy #5

Post ini merupakan post lanjutan dari sebelumnya, terima kasih.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Garrison menyimpulkan, satu-satunya alasan kenapa taman Dealey Plaza di Elm Street dipilih sebagai titik eksekusi adalah karena merupakan tempat ideal untuk melakukan pembidikan ‘triangulasi’, yakni tehnik penyergapan militer dimana target dilumpuhkan oleh tiga juru tembak yang diposisikan di tiga tempat berbeda disekeliling target membentuk segitiga sama sisi. Tehnik triangulasi ini terkenal sangat efektif karena sang target memiliki kemungkinan untuk lolos yang sangat kecil. Penempatan tiga juru tembak pada tiga posisi menutup seluruh sudut, dan mencakupi seluruh akses yang memungkinan target dapat meloloskan diri. Pada penembakan JFK, satu juru tembak berada di gedung Dal-Tex yang berada tepat di samping Texas Book Depository yang memiliki zona bidik lebih baik (karena tidak terhalang pohon), lalu dua juru tembak ditempatkan di pagar lapangan parkir diatas bukit seperti kesaksian para saksi kunci, memberikan lintasan tembak yang rendah dan kemungkinan paling mematikan. Kemungkinan JFK selamat adalah nol persen.

Namun penemuan yang sangat mencengangkan oleh Garrison, adalah adanya perubahan rute iring-iringan presiden JFK pada saat-saat terakhir. Rute awal yang telah disepakati oleh Dinas Rahasia, adalah membawa iring-iringan mobil presiden JFK menuju Trade Mart melalui jalan Main Street. Namun rute dirobah pada menit-menit terakhir (dan disetujui oleh Dinas Rahasia), membawa iring-iringan mobil melalui jalan Houston, melakukan belokan patah memasuki jalan Elm, yang mengharuskan mobil mengurangi kecepatannya dari rata-rata 40 km/jam menjadi 15-20 km/jam (disebabkan oleh belokan patah tersebut), dan memasuki taman Dealey Plaza dengan kecepatan masih dibawah 20 km/jam, karena mobil paling depan harus menunggu seluruh iring-iringan untuk melakukan putaran masuk ke jalan Elm. Rencana sempurna untuk menggiring JFK masuk kedalam zona pembunuhan dengan kecepatan mobil yang dikurangi. Satu-satunya orang yang memiliki otoritas untuk mengganti rute iring-iringan mobil Presiden adalah Walikota kota Dallas Roy Cabell, yang dalam suatu kebetulan luar biasa adalah adik dari Wakil Direktur CIA, Jendral Charles Cabell yang dipecat oleh JFK pada tahun 1961 karena keterlibatannya di teluk Bay of Pig. Charles lalu kembali bertugas di Washington, dan sempat menyebut JFK sebagai pengkhianat negara. Ketika ia dipanggil oleh Komisi Kerja Warren untuk memberikan petunjuk dari komunitas intelijen, Charles diwawancara oleh anggota panelis Allen Dulles, yang mantan Kepala CIA, dan juga dipecat oleh JFK. Charles pernah bekerja sebagai Deputi Wakil Kepala menjadi bawahan Allen selama sembilan tahun. Suatu kebetulan lagi? Tidak menurut Garrison.

Pada November 1966, Garrison mendapat telepon dari seorang Kolonel militer AS yang menyampaikan keinginannya untuk membantu Garrison dalam investigasinya. Bulan itu juga Garrison terbang ke Washington untuk bertemu dengan sumber yang meminta Garrison untuk menyebutnya hanya dengan panggilan Kolonel X pada laporannya. Kolonel X mengaku sebagai kepala ‘Special Ops’ di departemen intelijen Pentagon pada saat terjadinya pembunuhan JFK. Tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab Special Ops Pentagon adalah melancarkan misi-misi rahasia, kegiatan mata-mata, bahkan suplai senjata (pesawat, peluru, senapan, dll) ke wilayah-wilayah asing dengan tujuan memelihara kepentingan Amerika di luar negeri. Namun yang paling menarik adalah keterangan yang diberikan Kolonel X mengenai sebuah Operasi rahasia dengan kode sandi ‘Black Ops’, yang juga dikenal dengan sebutan ‘Operasi Hitam’. Black Ops adalah Joint Operation (operasi gabungan) antara Pentagon dan CIA, yang memiliki tugas paling vital dan strategis dalam hierarki intelijen di Amerika, dengan misi-misi yang diembankan antara lain: pembunuhan kepala negara, mengorkestrasi kudeta, mengatur pemilihan umum, propaganda dan perang intelijen, semua dengan satu tujuan: yakni untuk pelestarian kepentingan Amerika dan kroni-kroninya di dalam maupun luar negeri.

Melalui operasi Black Ops inilah dilakukan pengkoordinasian dan pengeksekusian banyak kegiatan mata-mata seperti Operation Paperclip yang merekrut paksa dan mengevakuasi ilmuwan-ilmuwan dan personel intelijen Nazi ke Amerika Serikat dengan tujuan transfer teknologi (telah dibahas di bab sebelumnya). Apabila ada situasi politik di belahan dunia manapun pasca-PDII yang bersinggungan dengan kepentingan Amerika dan kroni, bisa dipastikan ada operasi Black Ops disitu. Black Ops membantu manipulasi hasil perhitungan pemilihan umum di Itali pada tahun 1948, memberikan dukungan pada sayap oposisi di Prancis tahun 1949, menggulingkan Quirino di Filipina, menggulingkan Mossadegh di Iran, memanaskan situasi di Vietnam pada tahun 1954, membiayai Agresi Militer Belanda di Indonesia (1946-1948), menggulingkan Soekarno dan membantu transfer kekuasaan Soeharto (1965-1967), mengeluarkan Dalai Lama dari Tibet pada tahun 1959, (dan nantinya merekayasa serangan teroris di WTC pada 11 September 2001). Adalah Black Ops yang menyiapkan rencana kontijensi untuk Amerika agar menginvasi Kuba sebagai lanjutan dari krisis teluk Bay of Pig pada Oktober 1962. Kruschev telah melakukan perannya dengan baik ketika ia mengirimkan kapal-kapal perang pengangkut rudalnya, namun semua sirna oleh JFK yang kecut dan menawarkan perjanjian damai kepada Kruschev. Dan karenanya, JFK telah membuat marah banyak orang penting di Amerika. Berdasarkan keterangan Kolonel X, beliau adalah personel yang ditunjuk JFK pada September 1963 untuk menjadi pimpinan tim kerja pemulangan seluruh personel militer AS dari Vietnam yang ditargetkan paling lambat pada akhir tahun 1965. Salah satu agenda politik paling kontroversial yang dicanangkan JFK semenjak ia berkantor di gedung putih.

Memorandum Keamanan Nasional no.263 tahun 1963 yang diterbitkan JFK berbunyi, “memerintahkan otoritas militer Amerika Serikat untuk dengan segera melaksanakan pemulangan 1000 personel tentara AS selambat-lambatnya pada natal tahun 1963.”

Namun pada awal November 1963, yakni seminggu setelah insiden pembunuhan presiden Vietnam Ngo Dinh Diem di Saigon, dan sekitar dua minggu sebelum terjadinya pembunuhan JFK, Kolonel X dipanggil oleh atasannya yang memberikan dia tugas yang menurutnya agak aneh, yakni: untuk segera terbang ke Kutub Selatan, dimana di dataran tertutup es di ujung selatan dunia ini, ia harus mensupervisi pengawalan militer bagi beberapa tamu VIP Amerika yang sedang melakukan kunjungan. Namun yang paling aneh adalah, ketika Kolonel X dalam perjalanan kembali dari Kutub Selatan, dan transit di Selandia Baru, Kolonel X membaca berita pembunuhan presiden JFK yang menjadi headline di salah satu surat kabar Selandia Baru pada pagi hari 23 November 1963. Ini adalah sesuatu yang tidak masuk akal, karena meskipun Oswald ditangkap hanya beberapa jam setelah terjadinya penembakan, yakni pada siang hari 22 November, namun Oswald baru dikenakan pasal atas tuduhan telah melakukan pembunuhan presiden JFK pada jam 19:00 menjelang malam oleh kepolisian kota Dallas, yakni sekitar siang hari jam 14:00 pada hari berikutnya (23 November) di Selandia Baru. Namun pada surat kabar pagi (yang dicetak pada dini hari 23 November), surat kabar setempat di Selandia Baru tersebut telah memuat berita lengkap mengenai pembunuhan JFK, termasuk didalamnya profil beserta kisah hidup mendetail dari sang pembunuh Lee H. Oswald (yang belum ditangkap oleh kepolisian kota Dallas saat berita naik cetak), termasuk didalamnya foto diri Oswald, riwayat hidup lengkap termasuk informasi Oswald yang pernah tinggal di Uni Soviet, beserta analisa dan kesimpulan akhir yang menyatakan bahwa Oswald adalah pembunuh tunggal dalam kasus pembunuhan JFK, meskipun masih membutuhkan waktu sekitar 12 jam lagi (terhitung dari berita naik cetak) sebelum Oswald dikenakan pasal pembunuhan presiden pada waktu kota Dallas. Sesuatu yang absurd dan tidak masuk akal, dan berbau operasi Black Ops menurut Kolonel X.

Beliau juga menjelaskan bahwa tugas pengawalan keamanan tamu VIP Amerika di Kutub Selatan tersebut adalah tugas yang dapat dilakukan siapa pun dalam jajaran militer Pentagon, dan bukan pekerjaan yang pantas untuk dilakukan oleh seorang Kepala Special Ops seperti dirinya. Satu-satunya alasan yang masuk nalar Kolonel X, adalah karena apabila ia sedang berada di Washington pada saat pembunuhan JFK, salah satu tugas utamanya adalah memastikan keamanan tambahan pada kunjungan JFK ke Texas, dan ia pasti akan mengintervensi perintah yang diberikan Pentagon kepada Dinas Intelijen Militer Unit 112 di Fort Sam Houston, Texas yang memerintahkan kepada mereka untuk tidak melakukan keamanan tambahan. Bahkan ketika Komandan Dinas Intel Unit 112 Kolonel Maximillian Reich memberikan protesnya karena kota Dallas termasuk dalam yurisdiksinya, Pentagon tidak menggubrisnya dan tetap memberikan perintah agar unit intelnya tidak perlu terlibat dalam kemanan Presiden JFK selama berada di Dallas. Ini adalah pelanggaran yang sangat serius terhadap Standar Operasi dan Prosedur (SOP) pengadaan keamanan Presiden, terlebih lagi di wilayah yang beresiko seperti kota Dallas. Pelanggaran terhadap konstitusi oleh Pentagon, dan tentunya pelanggaran oleh Dinas Rahasia. Bahkan apabila Dinas Intelijen Militer tidak bisa mencegah JFK untuk membuka atap dari mobil yang digunakan olehnya, adalah sebuah rutinitas wajib untuk menempatkan 100 sampai 200 personel disepanjang jalan yang menjadi rute iring-iringan sebagai persyaratan keamanan yang tidak dapat diganggu gugat. Apalagi baru hanya sebulan sebelumnya baru saja terjadi insiden pemukulan terhadap Duta Besar PBB Adlai Stevenson di kota Dallas, dan percobaan pembunuhan Presiden De Gaulle di Prancis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar